Untuk sebagian orang, kehadiran Samsung GALAXY Y (Young) terasa istimewa. Dengan
minimum, mereka sudah bisa mendapatkan sebuah smartphone bersistem
operasi yang paling cepat pertumbuhannya saat ini, Android
(Gingerbread-2.3), dari vendor ternama asal Korea. Apalagi selain versi GSM, pertengahan
November lalu Samsung juga mengeluarkan versi yang berjalan di jaringan CDMA sehingga untuk pelajar maupun mahasiswa, akan dimanjakan pula dengan tarif murah yang telah melekat pada produk-produk CDMA.
Kali ini, saya berkesempatan untuk menguji secara langsung performa
Young versi CDMA (SCH i509) dibundling bersama kartu perdana Esia EVDO
baru, yang untuk akses di jalur cepat EVDO Rev.A-nya didukung oleh
jaringan AHA.

Desain: Minimalis & Elegan
Meski bisa saja Samsung ‘mendandani’ Young dengan berbagai atribut
anak muda (seperti yang mereka lakukan dengan Samsung Champ edisi Hello
Kitty), namun Samsung memilih konsep minimalis yang secara keseluruhan
tetap mampu tampil elegan untuk Young ini. Tentu saja imbas positif
terasa bagi mereka yang sudah bekerja namun belum berpenghasilan mapan,
karena dengan Young pekerjaan dan komunikasi mereka dapat terbantu tanpa
perlu mengorbankan penampilan.

Desainnya masih menganut konsep desain smartphone Samsung. Pada bagian muka, Anda akan menemukan speaker, layar dan 2 buah
sensitive touch button yang mengapit tombol Home di tengah. Di sisi kanan terdapat tombol daya minus
shutter
kamera, sedangkan di sisi kiri ada 2 tombol pengatur volume. Port micro
USB beserta jack audio 3.5mm terletak di atas, sementara mikrofon dan
kait pembuka
casing belakang ada di bagian bawah.

Meski terbuat dari plastik, pemilihan warna silver semi metalik dan
baluran kontur titik di sekujur tubuhnya membuat kesan elegan tersebut
juga muncul – selain meminimalisir kesan licin bagi Anda yang telapak
tangannya mudah berkeringat seperti saya. Lensa kamera ditemani 2 lubang
memanjang tempat keluarnya suara ikut menghiasi bagian yang mudah
dilepas-pasang tersebut. Sementara itu slot microSD berada di bagian
dalam bodi Young yang dikelir putih, dengan tetap mempertahankan fungsi
hot swap.

OS Gingerbread membuat tampilan Young tak jauh berbeda dengan seri
Samsung lain yang lebih mahal sekalipun, apalagi personalisasi ala
Samsung bernama TouchWiz juga sudah dibenamkan. Pada layar beranda atau
homescreen, terdapat 3 halaman yang dapat dikostumisasi sesuai dengan
kebutuhan Anda dengan berbagai widget yang telah disediakan ataupun
pintasan (
shortcut) ke aplikasi. Coba gunakan widget cuaca dari
AccuWeather, maka Anda akan selalu update mengenai kondisi cuaca hingga
tiap jamnya.

Selain menu bawaan dari Google, saya juga dapat menemukan Social Hub
dan Samsung Apps yang hanya bisa ditemui di produk Samsung. Fasilitas
pengolah dokumen dipercayakan pada QuickOffice, sayang hanya sebatas
edit saja. Namun ini sudah termasuk cukup, mengingat akan sangat sulit
mengetik banyak di layarnya yang hanya berukuran 3 inci.

Bicara soal Samsung Apps untuk Android ini, Anda bisa mendapat
berbagai macam aplikasi yang direkomendasikan oleh Samsung untuk
perangkat Anda. Saat saya coba mengunduh Asphalt 6: Adrenaline versi
trial
yang disediakan untuk mencoba grafis Young, ternyata hasilnya cukup
menggelikan. Pasalnya, Asphalt yang terinstal (dan kompatibel dengan
Young) hanyalah yang versi sederhana saja, dengan grafis 2D “seadanya”.
Wajar untuk ponsel semurah ini, namun terasa sayang karena dukungan
prosesornya sudah lumayan.
Pemutar musik

Meski merupakan smartphone dengan harga tak lebih dari Rp.1,2 juta,
namun pemutar musik milik Young sudah memiliki fasilitas 5.1 surround
yang hanya bisa diaplikasikan ketika menggunakan earphone. Sayang, hasil
keluaran suaranya justru lebih bagus (bagi saya) jika menggunakan modus
normal dengan menggunakan salah satu ekualiser dari beberapa yang
disediakan.
Radio FM

Radio FM di Young tentu sebagai sebuah hal sederhana yang kadang
tetap dicari. Meski Anda masih membutuhkan earphone untuk antena, namun
pengaturan untuk kapan radio mati dengan interval waktu tertentu
(setelah 30 menit, 1 dan 2 jam) sudah tersedia.
Kamera Foto

Kamera beresolusi 2MP sudah ditambatkan pada Young. Dengan harga
segini wajar rasanya tak ada lampu kilat dan fungsi fokus otomatis yang
ditemukan. Sedangkan videonya mampu memproduksi hingga resolusi QVGA
dengan kecepatan 15fps. Hmm, bagaimana yah hasilnya?

Foto Outdoor
Meski warna belum benar-benar natural karena sedikit over pada
brightness-nya, namun detil pada bunga mampu tertampil dengan baik tanpa
mengorbankan background dalam kondisi cahaya berlimpah di luar ruang.

Hasil pengambilan gambar di dalam ruang berpenerangan cukup termasuk
bagus, meski tidak menggunakan mode malam (malah sebaiknya dihindari
karena gambar akan nampak pecah). Namun ketiadaan lampu kilat membuat
Anda kudu benar-benar
steady ketika mengambil gambar, jika tak mau foto Anda terlihat kabur seperti hasil di atas.
Kamera Video

Untuk menguji hasil rekaman, saya mencoba merekam video (justru) di
dalam ruangan yang mendapat asupan cahaya hanya dari sebuah lampu,
dengan menyetel musik sebagai penguji hasil tangkapan suara. Dengan
format MP4 dan frame rate 15/detik, video di bawah ini tidak nampak
buruk di mata saya. Hasil rekaman tergolong cukup halus, suara yang
dihasilkan juga jernih (di YouTube diinformasikan bahwa hasil rekaman
suaranya adalah AAC, yang tentu lebih bagus dibanding dengan MP3).

Secara spesifikasi, Young terlihat menjanjikan berbanding dengan
harga yang ditawarkan. Setelah dibenchmark menggunakan Quadrant
Standard, hasil cukup mengejutkan didapat Young di mana dengan skor 962,
ia masih menempati posisi di atas Galaxy S! Di sisi lain, benchmark ala
Vellamo yang menguji performa ponsel dalam membuka berbagai macam
konten di beberapa situs, Young memperoleh skor 276. Sedangkan untuk
pengujian multitouch pada layar, Young mendapat catatan hanya mampu
membaca tak lebih dari 2 sentuhan secara bersamaan. Yang penting namanya
“multitouch” kan?

Oke, sekarang saatnya menjajal kualitas jaringan dalam berselancar di
dunia maya. Pertama saya gunakan untuk mengunduh berbagai aplikasi
benchmark di atas dari Market, performa kecepatannya bisa dibilang di
atas rata-rata. Lalu untuk membuktikan kenyamanan saat streaming
YouTube, saya membuka video review HTC Evo 3D saya sebelumnya yang
berdurasi sekitar 2 menit dan tebak hasilnya: video dapat berjalan
sangat lancar dengan proses buffer yang cepat, mendahului proses putar
yang sedang berlangsung dengan cukup jauh! Padahal tidak demikian ketika
saya menggunakan koneksi AHA melalui modem dan berselancar via PC, di
mana proses buffer sudah semakin terasa saja. Kesimpulan saya adalah,
Esia maupun AHA sejauh ini sangat prima digunakan untuk mendukung
kinerja smartphone terutama untuk masalah kecepatan data, karena
penggunaan datanya yang masih lebih kecil dibanding ketika kita
membukanya via PC.

Agar lebih
real, tak lupa saya mengunduh aplikasi SpeedTest
dari Market. Di kawasan ITC Roxy Mas, saya bisa mendapat kecepatan
unggah yang mampu melebihi kecepatan unduh. Ini cukup aneh. Sedangkan di
kawasan Tangerang saat menggunakannya untuk tether ke laptop, bisa
mencapai hingga 1 Mbps untuk kecepatan download.

Roxy Mas, Jakarta Pusat

Karawaci, Tangerang
Oh ya, tak ada masalah membuka konten flash pada Young. Seperti yang
saya lihat di halaman awal www.yangcanggih.com, slide artikel pilihan
mampu dimainkan dengan baik.

Sangat layak beli, mungkin itulah ucapan pertama saya jika ada yang
meminta pendapat mengenai Samsung GALAXY Y. Apalagi jaringan CDMA
terbukti mampu menghadirkan layanan data yang mumpuni untuk para
penggunanya lewat EVDO Rev.A yang sudah di
support oleh Young.

Sekedar informasi, jaringan CDMA memiliki mekanisme yang berbeda
dibanding GSM. Jika pada GSM bandwith sudah tersedot ke suara
(percakapan telepon, misalnya), layanan data biasanya juga akan ikut
menjadi lelet. Sedangkan pada CDMA kedua jalur tersebut dipisahkan
sehingga sesibuk apapun jalur suara, maka jalur data akan tetap dapat
dilayani dengan optimal.

Masalah baterai tergolong klise Android, jika jarang digunakan
mungkin bisa tahan sampai sehari. Namun jika menggunakannya untuk
tethering, bisa jadi Young hanya dapat bertahan sampai 4 jam. Bagi Anda
yang memiliki dana terbatas tapi ingin mencicipi kehebatan Android, atau
yang bingung memilih ponsel CDMA, atau yang memang baru berniat membeli
ponsel layar sentuh, GALAXY Y sepertinya akan dapat memenuhi kebutuhan
Anda dengan baik. Jika kurang sreg dengan CDMA, Anda dapat memilih
Samsung GALAXY Y versi GSM yang dijual seharga Rp 1.199.000. Murah kan?
Pros
(+) Harga murah
(+) Desain elegan
(+) Prosesor mumpuni
(+) Hasil foto & video cukup baik
(+) Koneksi dengan esia-AHA cepat dengan bonus gratis data
(+) microSD 2GB dalam paket penjualan
Cons:
(-) Keyboard virtual tergolong kecil,
typo sering terjadi
(-) Tak ada game bawaan
Baca juga artikel berikut: