Korban banjir di wilayah Jakarta Timur paling banyak menderita infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA), kata Koordinator Tim Penanggulangan
Bencana Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia dr Asturi Putri di
Jakarta, Sabtu (19/1/2013).
Asturi mengatakan, hal itu karena kondisi cuaca yang tidak stabil dan sulitnya air bersih di lokasi bencana.
"Curah hujan yang masih tinggi, air kotor dari luapan sungai, membuat warga mudah terserang ISPA," ujarnya.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengakui, hal tersebut diketahui dari 938 pasien yang sudah ditangani selama dua hari melalui posko-posko tersebar di Jakarta Timur.
Sementara untuk wilayah lainnya, seperti empat titik posko di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat, PB IDI masih melakukan koordinasi dan menunggu hasil laporan terbaru dari tim tanggap bencana yang bergerak di lapangan.
Di posko pertama di Gereja Koinonia, Matraman, Jakarta, PB IDI menangani sekitar 500 pasien yang kemudian ditambah dengan hasil pemeriksaan pasien di Posko Mesjid Khairul Anam, RW 6, Kampung Melayu dan Posko RW 3 Kampung Pulo.
"Kami juga mewaspadai diare yang bisa lebih membahayakan daripada ISPA, tapi kami mengakui masih terdapat kesulitan air bersih," ujar Asturi.
Selain ISPA, Asturi mengatakan penyakit yang juga banyak menyerang warga adalah infeksi jamur kulit, diare, penyakit lambung, sakit kepala, sakit otot, penyakit gigi dan mulut, penyakit pada mata dan telinga, serta penyakit akibat luka benda tajam.
"Warga seringkali tidak mengindahkan kebersihan dan kemananan, sehingga sering terjadi insiden, seperti luka akibat benda tajam, dan itu juga bisa menyebabkan penyakit lainnya," katanya.
PB IDI mengatakan akan terus berupaya mendorong pasokan obat-obatan agar tetap cukup dalam melayani pasien.
Selain itu, kata Asturi, PB IDI juga mengadakan edukasi masyarakat melalui penyuluhan mengenai kebersihan diri dan lingkungan.
"Kami sebenarnya antisipasi seperti untuk diare, kami lakukan penyuluhan bagaimana beraktivitas di tempat pengungsian dan lokasi bencana," kata dia.
Asturi mengatakan, hal itu karena kondisi cuaca yang tidak stabil dan sulitnya air bersih di lokasi bencana.
"Curah hujan yang masih tinggi, air kotor dari luapan sungai, membuat warga mudah terserang ISPA," ujarnya.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengakui, hal tersebut diketahui dari 938 pasien yang sudah ditangani selama dua hari melalui posko-posko tersebar di Jakarta Timur.
Sementara untuk wilayah lainnya, seperti empat titik posko di Jakarta Selatan dan Jakarta Barat, PB IDI masih melakukan koordinasi dan menunggu hasil laporan terbaru dari tim tanggap bencana yang bergerak di lapangan.
Di posko pertama di Gereja Koinonia, Matraman, Jakarta, PB IDI menangani sekitar 500 pasien yang kemudian ditambah dengan hasil pemeriksaan pasien di Posko Mesjid Khairul Anam, RW 6, Kampung Melayu dan Posko RW 3 Kampung Pulo.
"Kami juga mewaspadai diare yang bisa lebih membahayakan daripada ISPA, tapi kami mengakui masih terdapat kesulitan air bersih," ujar Asturi.
Selain ISPA, Asturi mengatakan penyakit yang juga banyak menyerang warga adalah infeksi jamur kulit, diare, penyakit lambung, sakit kepala, sakit otot, penyakit gigi dan mulut, penyakit pada mata dan telinga, serta penyakit akibat luka benda tajam.
"Warga seringkali tidak mengindahkan kebersihan dan kemananan, sehingga sering terjadi insiden, seperti luka akibat benda tajam, dan itu juga bisa menyebabkan penyakit lainnya," katanya.
PB IDI mengatakan akan terus berupaya mendorong pasokan obat-obatan agar tetap cukup dalam melayani pasien.
Selain itu, kata Asturi, PB IDI juga mengadakan edukasi masyarakat melalui penyuluhan mengenai kebersihan diri dan lingkungan.
"Kami sebenarnya antisipasi seperti untuk diare, kami lakukan penyuluhan bagaimana beraktivitas di tempat pengungsian dan lokasi bencana," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar